Sabtu, 11 April 2015

J UNTUK SELAMANYA J
By: Rifai

Ku tak tau harus memulai cerita ini dari mana, namun inilah ceritaku. Kisahku.
♥♥♥LOVE♥♥♥
Cerita ini berawal dari pertama ku memulai kelas satu, tepatnya kelas satu smk dan maaf tak bisa ku sebutkan nama sekolahku. Pada saat itu aku belum mengenal dia, iya dia, dan dialah yang ingin ku ceritakan kepada kalian semua, tapi ya bukan hanya dia pastinya yang akan ku ceritakan ada hal lain juga yang ku ceritakan. Oh iya, perkenalkan namaku Rifai panggil saja aku Fai. Dan inilah dia kisahku,  aku bersekolah disini baru, ya bisa di bilang murid baru karna memang aku baru saja lulus dan melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu sekolah di kotaku, setelah masa-masa masa orientasi siswa atau biasa disebut MOS dan kini pembagian kelas dan aku mendapatkan kelas sebut saja kelas 1A. Banyak teman yang ku jumpa disini namun belum satupun aku mengenalnya, ya maklumi saja kami semua baru bertemu jadi belum mengenal satu sama lain.

Suasana kelas mulai hening karna ada guru yang masuk ke kelas kami, dan hari ini tak ada jam pelajaran dan mungkin akan digunakan untuk perkenalan diri, dimulai dari kursi terdepan sampai kursi belakang secara bergilir, aku hampir jadi yang terakhir karna aku duduk di belakang. Kini tiba giliranku memperkenalkan diri di depan kelas dan akupun memperkenalkan diri, beberapa menit berlalu setelah aku memperkenalkan diri, hari pun cepat berlalu dan kini sekolah membubarkan siswa siswinya, jam pulang sekolah. Keesokan harinya, pada pukul empat pagi aku terbangun memulai rutinitas lebih awal dari biasanya entah hal apa yang membangunkanku sepagi ini, mencoba untuk tidur kembali saya rasa tidak bisa walau semalam tidurku tidak nyenyak, semua telah ku siapkan untuk bergegas ke sekolah tanpa ada satupun yang tertinggal dan setiba di sekolah seperti biasa dari kebanyakan murid yaitu nongkrong di warung sebelum pelajaran di mulai, dan selang berapa menit kelas pun dimulai, pelajaran-pelajaran yang membosankan pun dimulai dan jika seperti ini waktu terasa begitu lambat, 1 detik terasa seperti 1 menit, 1 menit terasa seperti 1 jam, dan 1 jam terasa seperti 1 hari, begitulah seterusnya sampai ujung waktu. Setelah sekian lama aku mulai mengenal teman sekelilingku, aku pun tak ingat bagaimana kita bisa saling mengenal. Aku belum menemukan hal menarik di sini, iya di sekolah ini. Aku ingin berpetualang mencari sesuatu, tapi sekolah terasa membosankan, tak ada yang menarik. Dengan cara apa aku bisa menghibur diri ini entahlah aku tidak tau, ingin ku putar waktu agar cepat pulang dan merebahkan tubuh ini untuk waktu yang cukup lama.
♥♥♥LOVE♥♥♥
Waktu tak akan ada hentinya berjalan. Hari berganti hari, bulan berganti bulan ujian-ujian sekolah mulai bermunculan sampai pada akhirnya ujian praktik, praktik renang yang kali ini kuhadapi. Pastinya aku ikut karna ini yang ku tunggu tunggu, ya walau aku tak bisa berenang dengan gaya-gaya renang yg sebagaimana mustinya J . seperti layaknya lekaki sesungguhnya kami para lelaki selalu berkumpul memisah dari kelas lain, ada 4 kelas yang ikut berenang dalam praktik ini, kulihat temanku Dion dari kelas 1B sedang duduk dengan pacarnya dan beberapa teman kelasnya, seperti biasanya di manapun kami berada kami selalu bercanda bersuka ria tetapi hanya Dion-lah yang aku kenal, karena aku sudah mengenalnya beberapa hari setelah pembagian kelas. Ada seseorang yang tiba-tiba ikut bercanda tetapi aku belum mengenalnya tapi dia sudah mengenal Dion, lalu saya tinggal pergi mereka menuju tempat kami berkumpul para lelaki dan mereka pun juga membubarkan diri, ya seperti biasa anak perempuan selalu eksis di manapun berada jempret sana sini, lalu aku di panggil oleh salah satu teman kelasku dan dia adalah teman dekatku, teman sekelasku, Denny, kemudian aku di ajak mencoba waterboom yang cukup tinggi, bukannya main waterboom aku malah diajak foto-foto, memang dasar mereka suka foto-foto, maklum anak alay. Tak bisa ku menolak mereka jadi terpaksa deh aku ikut berfoto ya anggap saja untuk kenangan, tanpa kusadari aku merasa aneh karna aku merasa seperti di awasi, ku melihat kebawah dan benar saja ada seorang perempuan yang terus melihatku tetapi aku cuek ya mungkin hanya perasaan ku saja. Lalu Denny menghampiriku dan mengatakan sesuatu kepadaku.
“hey Rifai, apakah kau tidak sadar dari tadi perempuan itu memperhatikanmu terus”.
“ya sudah biarkan saja Den” kataku,
dan akupun turun melalui tangga waterboom untuk pergi ke warung, aku berjalan menuju warung dan bertemu perempuan yang katanya lagi memperhatikan ku.
“kok foto engga ngajak-ngajak sih” kataku sedikit menggoda terhadapnya, yang sekarang dia lagi asik berfoto dengan teman-temanya.
Lalu diapun menarikku mengajak berfoto bareng, sempetku menolak karna aku tak berkata serius dan lagi pula aku ingin pergi ke warung dan sudah di tunggu oleh teman-temanku, lalu dia memaksa tapi ya sudahlah aku turuti kemauannya. Setelah berfoto aku melanjutkan berjalan ke warung untuk membeli sesuatu. Dan tiba akhirnya giliran kelas ku kelas 1A untuk ujian praktik di kolam renang, agak gugub, canggung, malu dan tak berani, karna jelas saja aku tak bisa berenang. Guru olahraga ku cukup baik ternyata, dia mengizinkan ku untuk hanya sekedar berenang tidak menyuruh berenang dengan gaya katak, gaya kupu-kupu, atau entahlah gaya apapun itu, yang terpenting aku dari start awal berenang sampai di ujung kolam. Dan tanpa ku sadari waktu untuk berenang yang di berikan oleh guru sudah usai dan kami semua bergegas untuk mengganti pakaian, dan kembali kesekolah.
Setibanya di sekolah aku langsung pulang mengganti pakaian dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibu yang sedang sakit, setibanya di sana ku tanyakan kabarnya.
“apa kabar mama?” kataku.
Lalu mama menjawab “alhamdulillah sekarang lebih baik”
dan alhamdulillah dia sudah lebih baik, lalu dia hanya memberikan senyum indahnya. iya, dialah malaikatku. iseng-iseng untuk mengisi waktu luang sembari menemani mama aku bermain Facebook, seperti biasa semua orang tak bisa jauh dari facebook, facebook pada sebagian orang seperti teman. Lalu ku bukalah facebook miliku, Beranda, tempat status facebook semua orang dengan isinya yang berbagai macam, ada yang berisi tentang kegalauan bahkan curahan hati, ah omong kosong dengan mereka. Terkadang merasa bosan dengan isi facebook yang hanya itu dan itu, ku roll halaman facebook ke atas dan kebawah, tanpa tak di sadari ada hal yang membuat perhatianku teralihkan di dalam tab pertemanan facebook-ku, sebuah foto seorang wanita dengan rambut panjangnya yang tak asing bagiku dan benar saja dialah orang yang selalu memperhatikanku ketika di kolam renang waktu itu, di benakku ada sedikit rasa penasaran terhadapnya entah itu apa aku tidak tau, langsung saja ku konfirmasi petemanan dari dia. Terlalu lama ku bermain facebook ku sadar ruang mamaku di rawat menjadi hening ternyata mamaku sedang tertidur, memang istirahat lah yang dibutuhkan mamaku sekarang untuk memulihkan tenaganya. Tak terasa waktu sudah berlalu lama, mungkin aku harus pulang terlebih dahulu untuk mandi dan membereskan pekerjaan rumah setelah itu kembali ke rumah sakit lagi untuk menemani mama, malam ini aku mungkin akan tidur disini, di kamar tempat mama dirawat. Kebetulan besok hari libur sekolah, hari Minggu.

Hal yang paling kurindukan dari mama adalah canda dan tawa-nya, sudah lama aku tak melihatnya sejak dia terbaring di rumah sakit ini. Sedih rasa-nya jika membayangkan mama terbaring di sana, aku yakin mama menyimpan rasa sakit namun selalu mama sembunyikan dengan senyum indah-nya. Malaikat yang kini tengah terbaring di atas kasur rumah sakit tanpa bisa melalukan apa-apa, oh mama. Aku tak kuasa menahan air mata ini ketika harus bercerita tentang dia. Baiklah, bagaimanapun aku ini seorang laki-laki tangguh yang tak boleh meneteskan air mata sedikitpun. Meski terkadang aku harus membohongi diri sendiri akan hal ini.
Bagiku, mama adalah seorang perempuan kuat yang selalu ada didalam jiwa seorang anak. Perempuan tangguh yang tak kenal lelah untuk mengisi hari-hariku”

♥♥♥LOVE♥♥♥
Hari senin pukul 06.00 pagi, aku terbangun dari tempat ruang mamaku di rawat.
“masih cukup pagi” ujarku dalam hati.
Dan begitu dengan mamaku yang sudah terbangun dari tidurnya, entah jam berapa mamaku bangun tapi yang ada di fikiran ku adalah menyuapi mamaku makan bubur hangat yang telah di sediakan oleh suster rumah sakit ini. Setelah semua selesai aku meminta izin ke mama untuk pulang ke rumah untuk berangkat sekolah, jarak dari rumah sakit kerumah cukup dekat, sekitar 10 menit dengan mobil umum, mungkin waktu yang ku habiskan untuk semua ini hanya kurang lebih 20 menit. Pulang, mandi, berpakaian sekolah, sarapan dan let’s go berangkat.

Tak terasa waktu yang ku lalui cukup banyak, jam tangan menunjukan pukul 06.30 tapi tenang saja, perjalanan dari rumah ke sekolah hanya 20 menit dengan jalan kaki, dan hari ini aku lagi kepengen jalan kaki bukan naik mobil umum jadi mungkin tersisa 5 menit, tapi kenapa beberapa meter dari gerbang sekolah suara bel sekolah berbunyi, terlambat! Itu sudah pasti. Dan ternyata jam ku rusak, semua jarum berhenti dari putarannya. Pukul 07.10 pagi, harus berdiri di depan kelas karna keteledoran ku telat berangkat sekolah. Dan apalagi ini, lengkap sudah penderitaan ku pagi ini, buku Pr ku tertinggal di rumah sakit di mana tempat mama di rawat, semalaman aku mengerjakan matematika dengan huruf dan angka yang campur aduk membuat pusing kepala dan ternyata sia-sia, dan membuatku lebih lama lagi untuk berdiri di sini. Dari depan kelas mataku hanya tertuju pada satu orang. Iya, dialah perempuan yang aku suka tetapi entah sejak kapan perasaan ini mulai berubah. Banyak orang yang aku suka, namun suka itu bisa dalam berbagai hal dan bukan berarti aku playboy, aku suka dia, aku sayang dia, entah sebagai apa aku belum yakin. Namun dari depan sini dia begitu indah, begitu menawan dan cantik. Apa mungkin ini namanya cinta, entahlah aku pun tidak tahu.

Dia adalah seorang perempuan yang menawan di kelas ini. Dialah Bunga hatiku, kau tahu namanya memang bunga, Bunga Sukma Lestari. Cantik, baik, rajin, dan juara kelas pula.
“Rifai, Rifai..” sahut guruku yang membuyarkan lamunanku ini.
“eh iya bu ada apa?” balasku.
“kamu sekarang boleh duduk” lanjutnya.
“terima kasih bu” ku ucapkan terima kasih lalu bergegas duduk di kursi kosong tempatku belajar.
Dari belakang sini dia tak kehilangan kecantikannya, konsentrasiku hanya berfokus pada perempuan itu, bukan kepada pelajaran. Pelajaran pertama pun berakhir, tetapi guru yang seharusnya mengajar tidak masuk karna sakit, jadi kami di berikan tugas oleh guru piket untuk mengerjakan tugas halaman 10 pada buku paket, sebenarnya aku adalah seorang cowok yang tidak terlalu rajin dan pintar aku hanya mengerjakan semampu ku saja dan sisanya menyalin milik teman yang lain. Ah waktu masih panjang untuk mengerjakan tugas ini sebelum jam istirahat tiba, aku selalu memperhatikannya tanpa sedetik pun berpaling. Aku mulai mempunyai kebiasaan baru, memperhatikan punggungmu, memperhatikan rambut panjang yang diikat rapi dengan di hiasi pita ungu.

Aku selalu bertanya tanya pada diriku sendiri, apa yang terjadi? Apa-apaan ini? Tanyaku dalam hati.

Sejujurnya aku bukan lelaki yang mudah percaya akan cinta. Aku bukan lelaki yang mudah jatuh cinta. Sempat berfikir cinta hanyalah aku membuang-buang waktu, menyianyiakan waktu. Berkelahi karena perempuan? Berebut pulang bersama perempuan? Ngecengin perempuan di kantin sekolah? Apa pentingnya itu semua, aku bukan tipe lelaki seperti itu.
Namun, mungkinkah kini aku sedang jatuh cinta?
Tapi entahlah, bagiku cinta itu harus bisa di buktikan bukan hanya sekedar perasaan semata. Tapi bagaimana caranya? Aku tidak tau.
Fokusku sekarang berganti pada tugas ini karna waktu hampir habis, tak perlu repot-repot aku hanya menyalin dari buku milik temanku ini.

Waktu untuk istirahat pun tiba, Bunga pergi ke kantin sekolah sedangkan aku ke warung di samping sekolah. Pergi berpisah untuk beberapa saat, itu tak masalah. Ku gunakan waktu istirahat hanya untuk mengobrol tentang rencana futsal bagi anak lelaki, aku hanya seorang penjaga gawang, kiper amatir yang mencoba menjadi profesional.
“Rifai, mungkin rencana futsal kita untuk melawan sekolah lain di adakan besok” ujar Denny kepadaku.
“Bisa di atur kawan, lalu bagaimana dengan yang lain?” balasku.
“yang lain siap” timbalnya.
“siap pak bos”
Jam istirahat pun selelai, semua siswa siswinya bergegas masuk ke kelas masing-masing tanpa terkecuali. Pelajaran pun di mulai, guruku yang satu ini memberikan tugas kelompok untuk melakukan presentasi pelajaran, namun bahan untuk pembahasan harus di cari dahulu di internet. Tugas ini di berikan untuk mengisi nilai kenaikan kelas dan di bahas pada akhir semester, jadi masih banyak waktu untuk mencari bahan dan hari ini di gunakan untuk pembagian kelompok. Dan alangkah beruntung aku hari ini, aku satu kelompok dengan Bunga. Kelompok kami terdapat lima orang. Aku, Denny, Edi, Friska dan tentunya Bunga. Bunga di tunjuk sebagai ketua kelompok untuk kelompok kami, jadi dia yang mengatur pembagian tugas untuk kami, kenapa kami memilih Bunga karna dia yang paling pintar dan cerdas di antara kami. Dan pelajaran di lanjutkan membahas bab tiga sampai pelajaran usai. Hari ini terasa sangat membahagiakan sampai tak terasa waktunya untuk pulang, jam belajar telah usai semua. Kini tiba saatnya pulang.

Beberapa hari ini ayahku yang menemani ibuku di rumah sakit karena aku ada pelajaran tambahan, hal ini bisa memberikan aku waktu untuk lebih fokus belajar namun apalah daya, aku bukan seorang yang terlalu rajin dan serius belajar tetapi aku cukup ahli dalam menganalisis masalah. Seperti pelajaran bahasa Indonesia yang setiap soal dan pertanyaan-nya selalu menjebak.

Hari ini, hari senin pukul 07.00 tepat satu minggu setelah pembagian kelompok presentasi, proses belajar mengajar di mulai. Kami di haruskan duduk berdampingan bersama kelompok masing-masing untuk persiapan bahan presentasi karena cukup banyak poin-poin yang harus di persiapkan.
“sebaiknya kita juga harus mengerjakan tugas ini di luar jam pelajaran untuk bisa mendapatkan hasil yang matang” perihtah Bunga terhadap kelompok kami.
“Lalu di mana kita bisa mengerjakan semua ini?” sahut Friska.
“mungkin sebaiknya di rumahku” jawab Bunga.

lalu kami semua hanya meng-iyakan saja perintah dari Bunga, dan karena rumah Bunga pun cukup Strategis, itu yang aku tau karena aku belum pernah pergi ke rumah Bunga.
Waktu untuk mengerjakan tugas kelompok pun telah di atur sedemikian rupa, aku yang paling bersemangat di antara anggota kelompok, tentu saja itu semua karena Bunga. Ah aku tak sabar untuk semua ini. Waktu yang aku inginkan telah datang menghampiri, sepulang sekolah karena tidak ada pelajaran tambahan kami semua langsung berangkat menuju rumah Bunga, dalam perjalanan aku hanya terhipnotis oleh Bunga, menghayal apapun yang indah bersamanya, jatuh ke dalam lamunan indah bersamanya, bersama Bunga. Tak terasa perjalanan telah sampai pada akhir tujuan. Dari luar, rumahnya terlihat begitu indah begitu berada di dalamnya terasa seperti hotel nan menawan, ah itu hanya menurut pengertianku saja entah bagaimana pendapat orang lain. Kami memulai tugas ini di ruang tengah yaitu ruang keluarga, kami membagi tugas untuk di kerjakan, aku dan Denny di tugaskan untuk mencari bahan di internet dan sisanya merangkum bagian-bagian penting dari bahan presentasi, Bunga ketua kelompok kami juga ikut membantu, dia merangkum poin-poin penting untuk presentasi.
Deg, hati ini tiba-tiba berhenti berdetak ketika melihatnya menulis dengan sedikit terpantul oleh cahaya dari jendela, begitu menawan dan cantik. Perhatian ku hanya berpusat padanya, kepada Bunga. Hey apakah kalian tau? Aku sebenarnya belum berani jika mengajaknya mengobrol secara langsung, nomor handphone-nya sudah kumiliki namun belum berani ku hubungi dia. Aku terlalu pengecut untuk mengajaknya mengobrol, dan sampai sekarangpun aku belum mengetahui apakah dia sudah mempunyai pacar atau tidak. Namun aku tetap mengaguminya, menyukainya.
“Rifai, kamu kan cukup berani untuk berbicara di depan kelas dan suara kamu juga nyaring jadi bisa di dengar dengan jelas. Jadi kamu ya yang membuka presentasi ini, kamu jadi moderator-nya” ucap Bunga kepadaku.
“eh iya Bunga” Aku tak menyangka dia mengajaku berbicara, sempat hampir salah tingkah namun aku bisa mengendalikannya.
Lalu dia hanya tersenyum, sungguh indah senyumannya.
“Bunga, di rumah mama engga punya makanan, Cuma ada minuman. Kamu pergi aja ke Supermarket di deket pasar” ucap mama Bunga.
“iya mah tapi sama siapa aku kesana?” ujar Bunga.
“Ajak aja temen kamu, ini kunci motornya” jawab mama Bunga sambil memberikan kunci motor kepada Bunga.
Kebetulan hanya ada aku yang sedang tidak sibuk, aku sudah cukup banyak menemukan bahan presentasi jadi sekarang sedang tidak sibuk. Aku yakin ini bukan kebetulan, ini adalah takdir dari Tuhan.
Aku dan Bunga langsung bergegas menuju supermarket untuk membeli makanan ringan, tentu saja dalam perjalanan aku hanya terdiam. Aku tidak berani mengajaknya mengobrol dan lagi pula jangan sampai aku melamun karena sedang menyetir. Sesampainya di sana kami berjalan menuju tempat di mana makanan ringan berada, agak jauh memang dari tempat parkir motor, namun inilah yang aku inginkan, aku ingin berlama-lama disini bersama Bunga, seandainya bisa akan aku suruh waktu untuk memperlambat putaranya.
“Rifai, main dulu yuk di tempat permainan di lantai dua” pinta Bunga terhadapku.
“tapi kita kan lagi di tunggu di rumah” ucapku berpura-pura menolak.
“Cuma sebentar aja kok, engga bakal lama”
“iya deh, ayo” tiba-tiba tubuh ini bersemangat.
Aku dan Bunga bermain apapun yang menurut kami menyenangkan, kurasa ini adalah momen indah yang tak akan pernah aku lupakan dalam hidupku ini. Sempat ku berfikir jika aku bisa memiliki Bunga seutuhnya, menjadi pasangan hidupnya. Bahagianya hati ini melihatnya tersenyum bahagia, aku melihatnya bermain Pump It Up dengan canda tawa yang mengitari dirinya. Setiap kemenangan kami mendapatkan poin yang bisa di tukarkan dengan hadiah, poin yang kami dapatkan cukup banyak untuk di tukarkan hadiah, kemudian kami menuju tempat penukaran poin.
“hadiah apa yang kamu pengen Bunga?”
“nanti deh liat aja di sana, mungkin ada yang menarik”
sampai di sana kami memilih hadiah.
“itu ada boneka beruang, yang itu aja” kataku.
“masa boneka, emang kamu suka boneka?”
“engga juga sih, tapi boneka itu buat kamu”
“tapi ini kan poin yang dapet kita berdua, masa ini untuk aku, kan harusnya bareng-bareng”
“poin ku untuk kamu, anggep aja sebagai kenangan”
“kenangan? maksudnya”
“engga apa apa kok, lupain aja. Ayo tukar poinnya” agak malu, itu yang aku rasakan.

Tak terasa waktu kami bermain sudah cukup lama, kami menghabiskan satu jam bermain. Kami hampir lupa apa tujuan sebenarnya kami datang kesini, membeli makanan. Kami memilih makanan apapun yang kami perlukan lalu langsung pulang.
Sekarang aku mempunyai sedikit keberanian untuk mengajaknya berbicara, itu hal positif untuk ku.
“kenapa kalian lama sekali? Pasti jalan-jalan dulu nih kaya orang pacaran” kata Denny sedikit menggoda.
tentu saja, Denny tau tentang perasaan ku terhadap Bunga, dia teman baikku, sahabatku.
“kami hanya bermain sebentar. Engga lama kan” balas bunga.
“engga lama apaan, satu jam lebih kalian menghilang” ucap Friska.
“ehem.. cie, cie” lanjut Friska.
“apaan sih!” Bunga memasang muka juteknya.

aku hanya terdiam tak mampu berkata apapun.

“ini makanan untuk kalian, ayo dimakan” walau sempat memasang raut wajah kesal tapi Bunga tetaplah Bunga, dia orang yang sangat baik dan tidak mudah marah.
Pekerjaan kami pun sudah selesai, kami habiskan sisa waktu untuk bercanda sebelum sore tiba.
Kami membereskan dahulu sisa-sisa makanan yang kami makan sebelumnya, setelah itu pulang.
“Cinta itu bisa tumbuh pada siapapun, pada status apapun. Teman bahkan sahabat, namun cinta bukanlah apa yang terlihat, tetapi apa yang dirasakan. Yang kutau cinta itu datang dari mata lalu turun kehati.”

♥♥♥LOVE♥♥♥
Setelah kejadian itu, setelah sempat aku berjalan-jalan dengan Bunga tempo hari aku jadi lebih akrab dengannya. Dengan Bunga. Aku jadi  sering pulang dan berangkat bareng walau rumahku dan Bunga tidak satu arah tapi kami sering janjian bertemu untuk berangkat dan pulang sekolah bersama, keberanianku untuk mengajaknya mengobrol kini semakin bertambah, mungkin sekarang kami sudah bisa di sebut sebagai sepasang sahabat. Dan kini aku tau semua hal tentang dia, dia sering curhat kepadaku walau sekarang kini ku tau dia belum mempunyai pacar namun dia sedang menyukai seseorang. Ah aku tidak bisa menyembunyikan perasaan sakit ini. Sakit. Namun apalah daya, aku hanya sebatas sahabat di matanya dan tak lebih dari itu. Sampai saat ini aku belum tau mana orang yang di sukai oleh Bunga, karna dia tak pernah memberi tahuku mana orangnya dan akupun tak berani bertanya. Satu bulan berlalu,  kini aku tau seseorang yang mungkin bisa ku sebut beruntung karena di suka oleh Bunga di cintai oleh Bunga, dia hanya seorang lelaki seumuran dengan kami yang bersekolah di sekolah sebelah. Hari-hari selalu ku lewati dengan Bunga, kami masih sering bermain bersama di pusat permainan di salah satu supermarket di daerah sini. Bunga dan aku kini sudah beranjak dewasa, kami sekarang sudah dalam masa dimana sifat kedewasaan mulai tumbuh, kami sekarang sudah menginjak kelas 3 SMA, dan akan menghadapi ujian-ujian yang sudah menanti kami. Namun perjalanan masih cukup panjang, kami baru saja menjalani dan merasakan duduk di kelas 3 SMA, jadi masih banyak waktu untuk sekedar bermain-main sebelum ujian bermunculan.

Jam 6 pagi, handphone-ku berbunyi bertanda ada pesan singkat masuk dan ternyata itu dari Bunga.
“Rifai, maaf ya hari ini kita engga bisa berangkat bareng soalnya aku udah janjian sama Heru” Heru adalah lelaki yang dia sukai, dialah yang sering di bicarakan oleh Bunga.
Tanpa basa basi aku langsung saja membalas pesan singkat tersebut.
“iya Bunga, hati-hati yah”
Cemburu? Memang! Dan itu yang aku rasakan sekarang ini. Ketika aku berfikir tentang cinta dan ambisi hati ini terasa seperti terperangkap dalam hubungan yang bernama sahabat.
Terpaksa aku berangkat sendirian, dan pada akhirnya aku tiba di sekolah dengan muka kusut karena terus memikirkan Bunga. Eh ternyata Bunga sudah sampai duluan di sekolah, kini dia sedang duduk manis di kursi depan yang sepertinya sudah siap untuk memulai pelajaran hari ini. Sebenarnya bel sekolah sudah bersunyi pertanda pelajaran aka di mulai, namun aku sempatkan untuk mengobrol sedikit bersama bunga, tetapi sepertinya waktu belum mengizinkan, belum sempat ku menyapa Bunga guruku sudah masuk ke kelas, tumben sekali guruku ini rajin, biasanya selang beberapa menit baru masuk. Pelajaran pun di mulai, 1 jam, 2 jam, 3 jam kami terus belajar hanya berhenti ketika waktu istirahat tiba. Hari ini aku tidak terlalu fokus belajar, mungkin karena Bunga yang sejak tadi pagi tidak menyapaku sama sekali.
“Kenapa denganmu Bunga?” tanyaku dalam hati. Entah apa yang sedang di fikirkan Bunga.
 “hay Bunga? Hari ini ada acara engga, kita ke tempat biasa yuk?” tanyaku kepada Bunga.
“maaf Rifai, hari ini aku ada janji sama Heru tepat pulang sekolah ini.”
“oh ya udah deh Bunga.”
“iya Rifai, maaf ya, dan makasih udah mau ngerti”
lalu akupun hanya memberikan sebuah senyuman. Senyuman cemburu yang tak pernah ia tau.

Jam pulang sekolah kini telah datang. Aku berniat mengajak Bunga jalan-jalan ke tempat biasa, namun semua gagal karena dia ingin pergi bersama orang lain. Iya aku tau, tidaklah mungkin dia menolak ajakan Heru.
Jam pulang sekolah pun kini tiba, aku sempatkan untuk menemui Bunga sebelum dia pergi bersama orang lain.
“Hay Bunga, kamu udah mau pergi yah? Kok buru-buru amat sih kan Heru juga belum dateng.”
“ya bukannya buru-buru sih Cuma aku engga mau dia sampe nunggu.”
astaga, kata-katamu itu Bunga sungguh menyakitkanku. Sungguh menyakitkan. Secara tidak langsung kau memberikan perhatian terhadap dia.
“ouh gitu, baiklah mungkin aku bisa menemanimu menunggu dia untuk beberapa saat.”
“iya Rifai terima kasih.”
aku menemaninya di sebuah halte dekat dengan alun-alun yang tak jauh dari sekolah. Selang beberapa menit dia muncul, iya dia Heru tepat di seberang jalan dengan motornya. Aku sendiri lupa apakah dia sudah bercerita tentang Heru atau belum, tentang dimana mereka bertemu ataupun hal lainnya.
“Rifai aku pergi dulu yah, hati-hati kamu kalo mau langsung pulang.” Aku suka Bunga ketika dia memberika aku perhatian kecil semacam itu. Aku sangat suka.
“iya Bunga, kamu juga hati-hati yah”
Lalu Bunga pun kini pergi bersama lelaki itu, entah mau kemana mereka akan pergi aku tidak di beri tahu oleh Bunga. Biasanya jika sepulang sekolah aku langsung bermain game online, tetapi untuk saat ini aku sangat tidak bersemangat, kalian benar, ini karena Bunga. Aku terus memikirkannya, dia sedang jalan bersama orang lain. Ah mungkin sekarang aku isi waktu dengan mendengarkan musik menunggu kabar dari Bunga, aku pilih list lagu yang ada di handphone ku dengan kuping yang di pasang earphone. Sekian puluh menit terlewatkan selama aku mendengarkan musik namun belum ku menerima sms dari Bunga, apakah dia belum pulang dari jalan-jalan? Aku mungkin sedikit mengkhawatirkannya. Aku tidak berani jika harus menghubunginya duluan, takut mengganggu mereka.
Aku lepas earphone pada kupingku dan pergi menuju dapur untuk melepas dahaga, kutinggalkan handphoneku di kamar. Setelah minum aku langsung menuju kamar kembali dan kriiing.... handphone ku berbunyi ternyata itu dari Bunga, langsung saja tanpa ragu aku menjawab panggilan itu.

“hay Bunga, syukurlah kamu nelfon, apa kamu sudah pulang? Bagaimana rencana kamu? Sukses? Dan apa kamu sudah makan?” pertanyaan demi pertanyaan aku lontarkan terhadap Bunga tanpa berhenti, terus nyeloteh tak henti.
“Rifai, aku di tembak oleh Heru. Rasanya seneng banget.”
akh.. terkaget. aku langsung berhenti dari pertanyaan-pertanyaan yang aku lontarkan terhadap Bunga, aku tak bisa berkata apa-apa, seolah waktu telah berhenti dari putarannya.
“aku di tembak dia saat makan di caffe deket taman yang biasa kita main ke sana. Dia tidak terlalu romantis tapi dia berani menembakku.” Ucap Bunga dalam telfon.
“Rifai, hallo? Apa kamu masih di sana?” lanjut Bunga dalam telfon.
“eh iya aku masih di sini. Lalu apa kamu langsung menerimanya?” pertanyaan itu langsung saja terucap tanpa aku kendalikan.
“engga, aku Bilang padanya aku fikir-fikir dulu. Lalu bagaimana menurutmu apa aku harus menerimanya atau engga?”
“terserah kamu, kan kamu juga yang ngejalanin. Tapi kan kamu suka dia, kenapa engga terima aja, jarang-jarang loh ada laki-laki yang berani nembak kamu kan.” Balasku berusaha tetap tenang dan tidak terlalu larut dalam kecemburuan. Namun aku tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku benar-benar merasa cemburu tetapi aku tidak bisa mengutarakan semua ini.
“iya juga sih, ya udah mungkin aku bakal menerimanya.”
“iya, selamat yah untuk kamu. Tapi jangan lupain aku yah, sahabat-mu ini” aku berusaha tetap tersenyum dalam bercakapanan ini, berusaha mengajaknya bercanda seolah tidak terjadi apa-apa.
“makasih. Tenang Rifai aku engga bakal ngelupain kamu kok. Udah dulu yah aku mau mandi terus istirahat, aku capek seharian ini jalan-jalan.”
“iya Bunga, bye”
“bye” suara Bunga, mengakhiri percakapan kami.

♥♥♥LOVE♥♥♥
Setelah percakapan pada saat itu dan Bunga berpacaran dengan Heru, kami jadi jarang berjalan-jalan berdua dan hampir sudah tidak pernah, kami hanya bertemu pada saat sekolah. Dia lebih sering menghabiskan waktu bersama pacarnya, tidak dan bukan bersamaku (lagi). Namun sesekali kami saling menayakan kabar atau hal kecil lainnya tapi itupun hanya lewat pesan singkat. Aku lebih memilih menyibukan diri dengan bermain futsal, dengan ini mungkin aku tak terlalu memikirkan beban di hati ini, jika biasanya dalam satu minggu aku hanya bermain 2 sampai 4 kali bertanding namun kini satu minggu hampir full jadwal futsal. Libur sekolah telah datang, kami di beri jatah libur hanya 2 minggu, sedikit memang, namun jika hanya diam saja di rumah sampai berminggu-minggu terasa bosan juga.

Libur pertama, aku mencoba mengajak Bunga jalan-jalan di tempat kami biasa kunjungi, dengan lewat pesan singkat aku mengajaknya ke tempat itu, namun belum juga ada balasan dari Bunga.
“ah kemana dia? Jarang-jarang dia balas pesanku selama ini.” Ucapku dalam hati.
Namun aku beranikan diri menemui Bunga dirumahnya, dengan mengendarai sebuahmotor ku pacu kendaraan ku ini menuju rumah Bunga. Sampai pada tikungan terakhir ku hentikan laju motor, aku mendapati pesan singkat dari teman futsalku, pesan ini hanya berisi tentang jadwal futsal. Ku lanjutkan perjalanan dengan beberapa puluh meter lagi akan sampai. Kini perjalanan ku telah sampai pada tujuan, rumah Bunga. Aku melihat Mama Bunga di depan rumah sedang menyiram tanaman di sekitar rumah.
“Selamat siang Tante, Bunga ada tante?”
“Bunga baru saja pergi bersama Heru, katanya sih mau pergi ke caffe dekat Taman.”
“sama Heru ya tante?”
“iyah, mau ada yang di sampein Rifai? Bilang aja ke tante nanti tante sampaikan ke Bunga”
“engga tante, Cuma mau ngajak Bunga ke tempat biasa aja kok. Tapi Bunga lagi pergi. Ya udah tante aku pulang dulu yah”
“iya Rifai, hati-hati ya.”
“permisi tante”
“iya”

Namun ternyata Bunga sedang pergi bersama Heru, ah aku bisa apa jika sudah begini, aku hanya sebatas sahabat. Mungkin sekarang lebih baik aku langsung pulang.

Sudah lama Bunga berpacaran dengan Heru, dan sudah lama juga aku dan Bunga tidak bersama lagi, kami seperti dijauhkan oleh seseorang, tapi mungkin  hanya aku saja yang merasakan hal ini.

“Rifai, bisa kamu main ke rumahku sekarang?” ucap Bunga di telfon.
“iya, aku ke sana sekarang”
dalam perjalanan aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Ada apa dengan Bunga? Ada apa dengannya? Pertanyaan itu selalu membayangiku.

sesampainya di sana aku hanya melihat Mama-nya Bunga yang sedang duduk di kursi teras rumah.
“permisi tante, Bunga ada?”
“oh ada, silahkan masuk. Kamu juga dari tadi sudah di tunggu leh Bunga.”
lalu masuklah aku ke Rumah Bunga.
“dimana Bunga Tante?”
“Bunga ada di kamar atas, silahkan kamu ke sana aja”
“iya tante, permisi.” Ucapku.

Tok, tok, tok. Aku ketuk pintu Kamar Bunga  yang di hiasi dengan pernak pernik yang lucu dan pita dengan warna kesukaan Bunga.

“Bunga.. Bunga..?” suaraku memanggil Bunga yang sedang berada di kamar.
“Iya, masuk aja.” Jawab Bunga dengan nada sedikit terseduh.
masuklah aku ke dalam kamar Bunga.
“Hay Bunga, ada apa kamu menyuruhku kesini? Dan kenapa kamu menangis?” tanyaku kepada Bunga yang sedang mengusap air matanya.
Bunga hanya terdiam tak mau berbicara apa-apa.
“ceritakan saja kepadaku apa yang terjadi, mungkin aku bisa membantu?”
“Heru!”
“iya kenapa dengan Heru?”
“Dia selingkuh!” lanjutnya dengan suara yang bercampur dengan kesedihan.
“dari mana kamu tau? Apa kamu yakin itu Heru? Jawabku.
“aku yakin, dia Heru. Aku sedang berjalan-jalan bersama mama di mall, lalu aku melihat Heru dengan wanita lain sambil Bergandengan tangan.”
“lalu kenapa kamu tidak menegurnya”
“aku engga kuat buat semua ini, aku langsung pulang.”
“kurang ajar itu si Heru, berani-berani-nya dia menghianati Bunga. Nanti aku beri dia pelajaran karena sudah menyakitimu seperti ini”

Terdengar suara Bunga yang masih dalam kesedihannya. Aku tak tega melihatnya seperti ini, aku akan menemaninya untuk hari ini. Untuk menenangkannya sampai kapanpun, sampai dia tenang.
♥♥♥LOVE♥♥♥
Liburan sekolah kini telah usai, proses belajar mengajar kembali di mulai. Kini Bunga sudah kembali bersama-ku lagi, semua sudah kembali seperti semula, aku dan Bunga kembali berangkat dan pulang bareng-bareng seperti dulu. Senang rasanya hidupku sekarang terasa kembali sempurna.
Tak terasa pagi pun kini menghampiri, suara jam weker turut ikut meramaikan pagi, matahari telah keluar dari persembunyiannya. Hari ini tepat hari minggu, minggu pagi yang cerah dan aku mempunyai sebuah janji dengan Bunga, janji yang tak pernah ku lupakan karena hari ini kami akan pergi ke sebuah taman seperti biasa, menurutnya taman di pagi hari itu indah, yah aku juga tau akan hal itu, aku dan Bunga ke sana untuk jogging berolahraga dan menikmati indahnya taman, mandi tidak lah penting yang terpenting adalah aku langsung bergegas k rumah Bunga, karena jarak yang tidak cukup jauh mungkin waktu yang ku tempuh tidaklah banyak.
Sampailah aku di rumah Bunga. Dan dia sudah menungguku di depan rumahnya.
“Selamat pagi Bunga, kau siap?” tanyaku dengan penuh semangat.
“aku sangat siap lebih dari kamu.” Bunga menebarkan senyuman indahnya dengan di iringi semangat pagi.
“ayo kita berangkat?” ucapku.
“ayoo!” ujar Bunga dengan penuh semangat.

Jarak dari rumah Bunga ke taman sangatlah dekat, jadi kami menggunakan sepeda untuk menuju ke sana, mang Tamri tukang kebun Bunga sudah menyiapkan dua sepeda untuk kami menuju taman. Sesampainya di sana kami titipkan sepeda kami pada pada seorang penjaga warung yang sudah ku kenal sebelumnya, suasana masih cukup pagi, kami berlari-lari kecil di sekitar taman, suara burung berkicau masih terdengar dia antara pohon-pohon sekitar taman, setelah sekian lama kami jogging kami memutuskan untuk beristirahat sebentar di warung tempat kami menitipkan sepeda. Tiba-tiba suara handphone Bunga berbunyi, itu dari Heru, seorang lelaki yang telah mengkhianati Bunga tempo hari.

“Bunga bisa kita ketemu di caffe dekat taman? Aku tau kamu lagi ada di taman, semoga kamu tidak menolak ajakanku.” Isi pesan tersebut.
“ada apa kamu mau menemuiku? Apa kamu engga cukup udah nyakitin aku?” balas Bunga.
“iya aku salah, aku minta maaf, aku mau jelasin semua kepada kamu.” balas lelaki itu.
seketika Bunga hanya terdiam dengan wajah yang agak kebingungan.
“kenapa kamu Bunga? Kok malah diem?” ucapku kepada Bunga.
“Heru ngajak aku ketemuan di caffe sana” ucap Bunga sambil menunjuk sebuah caffe yang berdiri tak jauh dari taman.
“lalu kamu mau menemuinya?”
“aku fikir ada baiknya aku beri dia kesempatan.”
Oh Bunga, kau memang wanita tangguh. Di sakiti sedemikian rupa tetapi kau malah masih bisa memberikan kesempatan untuknya.
“mau aku temenin kamu kesana?”
“engga usah, aku sendiri aja ke sana. Kamu tungguh di sini ya Rifai.”
Bunga pun langsung pergi menemui lelaki itu.
“Hati-hati Bunga.” Ucapku dengan keras.

Setengah jam terlewati, namun Bunga belum juga kembali, aku sungguh kawatir terhadap Bunga. Takut terjadi sesuatu. Namun aku melihat seseorang dari kejauhan, nampaknya itu Bunga yang sedang berjalan kemari, aku langsung berlari menghampirinya, dan menuntunya kembali ke warung. Aku mempersilahkannya duduk dan memberinya minuman dingin untuk Bunga.
“Bagaimana Bunga? Apa yang dia katakan? Apa kamu baik-baik saja” tanya ku dengan terburu-buru.
“Dia ngajak balikan.” Jawab Bunga.
“apa?!” aku terkaget dengan ucapan Bunga.
“iya dia ngajak aku balikan. Dan dia sudah cerita semuanya.”
aku tak perduli dengan apa yang diceritakannya, namun lelaki berengsek itu sepertinya mempunyai maksud lain dan patut di beri pelajaran.
“lalu apa jawabmu Bunga?” lanjutku.
“aku belum menjawab.” Ujar Bunga dengan wajah menghadap ke tanah.
“kamu mungkin masih mencintainya, namun kamu juga masih bisa mendapatkan yang lebih baik dari dia.” Ucapku dengan memberikan sedikit saran.
“sudahlah aku tidak mau memikirkan hal ini dahulu, nanti saja aku pikirkan sendiri di rumah.”
Lalu kami pun langsung pulang dengan hanya terdiam selama perjalanan.

♥♥♥LOVE♥♥♥
Senin siang, matahari sudah berada pada titik atasnya, Bunga mempunyai janji dengan Heru untuk bertemu di sebuah tempat yang tidak aku ketahui. Sepulang sekolah Bunga langsung pergi bersama Heru. Setelah berpamitan denganku Bunga langsung pergi bersama Heru.
“Hati-hati ya Bunga.” Ucapku seperti menunjunkan sebuah perpisahan.
“iya, kamu juga hati-hati yah kalo pulang.” Ucapnya dengan sebuah senyuman.

Iya memang seperti ini, mereka kini bersatu kembali.

Ah, aku tak tahu kapan perasaan ini akan ku simpan. Selalu kusembunyikan dari Bunga.
Semua kembali berubah, Bunga sekarang balikan dengan Heru, entah hal apa yang membuat Bunga kembali padanya setelah apa yang dilakukan lelaki itu kepada Bunga. Bunga menceritakan kepadaku bahwa lelaki itu menyesal telah menduakannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, dan Bunga pun memberikan kesempatan kedua kepadanya. Ya memang aku tahu, semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, dan akupun tak mampu menahannya, mereka sekarang kini kembali bersatu lagi. Aku hanya bisa mensupportnya dari sini, dari jurang luka yang paling dalam.

Bunga kembali seperti dulu, dia lebih sering menghabiskan waktu bersama pacarnya, tidak denganku lagi. Namun untuk beberapa keperluan Bunga sering memintaku untuk membantunya, aku tak bisa menolak hal ini karena mungkin inilah waktu yang tersisa untuk ku, untuk bersama Bunga.

“ketika kamu tahu dia bukan milikmu; belajarlah untuk merelakannya, belum tentu apa yang kamu inginkan itulah yang terbaik. Dan bersabarlah, Tuhan akan memberikan apa yang kamu butuhkan, bukan apa yang kau inginkan.”

Suasana sekolah terlihat seperti biasa, namun ada sedikit hal yang berubah karena ada siswi pindahan yang baru masuk di kelas kami. Cantik? Memang. Namun aku tak tertarik dengannya, hati ku masih ada untuk-nya, untuk Bunga. Perempuan itu duduk tepat di belakang Bunga, menghalangi pandanganku untuk melihat Bunga. Beberapa hari telah ku lewati, aku sangat rindu dengan perhatian yang Bunga berikan, semenjak Bunga berpacaran lagi di dalam diriku terasa seperti ada yang hilang, entah hal apa yang membuatku selalu ingat padanya. Satu minggu berlalu, entah kenapa Bunga mengajakku bertemu di minggu pagi seperti ini, mungkin ada hal yang ingin dia ceritakan atau mungkin ada hal lain juga yang ingin di selesaikan.
“Rifai, bisa kamu kerumahku sekarang?” pinta Bunga.
“iya, bisa Bunga.”
“aku tunggu yah.”
“Iya Bunga.”
Setelah sampai di rumah Bunga, ku lihat  dari kejauhan perempuan tepat di sebelah Bunga dan ternyata itu siswi baru di kelasku, namun aku tidak tahu namanya atau lebih tepat aku lupa siapa namanya, dia memang sudah memperkenalkan diri di depan kelas namun aku lupa.
“selamat siang semua.”  Aku menyapa mereka berdua.
“Siang juga.” Sahut mereka serempak.
“lalu apa yang akan kita lakukan hari ini?”
tak ada yang menjawab, sedangkan Bunga hanya tersenyum lalu pergi kedalam rumah mengambil handphone-nya. Dan hanya ada aku dan dia yang berada disini sekarang.
Sekarang aku ingat namanya, Nita, itulah namanya.
“Nita Sedang apa kau disini?”
“aku di suruh ke rumah Bunga, entah ada hal apa yang membuatnya aku datang kesini.”
Tak kusangka secepat ini mereka saling akrab.
Kami dalam keadaan posisi berdiri, dan saling berhadapan hanya berjarak satu meter. Kemudian sesuatu hal yang tak terduga terjadi, Nita kejatuhan cicak dan tepat pada bahu kanan-nya. Sontak Nita menjerit dan langsung menuju kearahku untuk meminta bantuan menjauhkannya dari cicak tersebut namun belumlah Nita sampai tepat di depanku Nita terpeleset oleh pulpen yang ia injak dan tepat jatuh di pelukanku, kami berdua jatuh bersama Nita tepat berada di atasku dan cicak itu terlempar jauh dari bahu Nita. Dengan wajah yang saling berhadapan kami pun langsung bangun dengan wajah yang memerah.
“lain kali hati-hati yah, sakit tau.” Ujarku dengan nada sedikit bercanda.
“iya.” Nita hanya tersipu malu dengan wajah yang masih berwarna kemerahan.
Bunga kembali dari dalam rumah dan menuju kearah kami.
“apa yang aku lewatkan? Dan kenapa kalian saling diam?” ucap Bunga yang kini sedang berdiri tepat di belakang kami.
“baiklah ayo kita berangkat.” Ucap Bunga dengan semangat khasnya.
“mau kemana kita?” tanyaku.
“udah ayo kamu ikut aja.” Dengan perasaan yang masih berdebar aku hanya mengikuti ajakan mereka.
Ah ternyata Bunga mengajakku bermain di mall seperti dulu lagi, inilah saat-saat yang aku rindukan namun kali ini sedikit berbeda karena adanya Nita, tapi aku tak mempermasalahkan itu, fikirku bertambah sahabat pasti lebih menyenangkan. Kami semua terlarut dalam kebahagiaan tertawa lepas tak menghiraukan di sekeliling orang banyak.
kami semua sudah merasa kelaparan, jadi kami mencari restoran untuk mengisi perut kosong kami. Memesan apapun yang di inginkan, entah kenapa Bunga yang mentraktir kami.
“ada angin apa nih kamu gratisin kami makan? Tumben.” Ujarku dengan sedikit meledek.
“engga ada apa apa sih sebenernya.” Ucap Bunga hampir tanpa ekspresi.
Selesai makan Bunga mengajak kami berkeliling, entah apa yang ingin di beli oleh Bunga, sepertinya Bunga pun agak kebingungan dengan tujuannya mengajak kami berkeliling.

“Rifai?” tiba-tiba saja Bunga memanggilku.
“iya Bunga, kenapa?”
“apa yang biasa disukai cowok, mungkin barang atau benda apa gitu?”
kenapa Bunga menanyakan hal itu kepadaku, apakah Bunga akan memberikan sesuatu untukku.
“mungkin sepatu, jam tangan atau tas ransel barangkali.” Jawabku.
“mungkin aku bisa membeli sepatu.”
Apakah Bunga ingin memberikan sepatu. Fikirku.
“untuk siapa? Ah maksudku untuk apa?” tanyaku dengan keingin tahuan yang tinggi.
“ini untuk Heru, dia ulang tahun besok.”
“ah benarkah? Tolong salamkan selamat ulang tahun untuknya.”
Dengan perasaan yang campur aduk aku berusaha untuk tetap berdiri, berdiri bagai tanpa kaki.
“terima kasih. Yang cocok untuk Heru itu model yang seperti apa yah? Tolong cariin dong dan pilihkan satu yah Rifai” Ucap Bunga dengan sebuah senyuman.

“seharusnya tak usah kau memberikan aku senyuman dan tak usah kau mengajaku jika hanya untuk memilihkan sepatu yang pas untuknya” ucapku dalam hati. Kau tak tahu rasanya berada di posisiku ini.

Nita dan Bunga hanya sibuk melihat-lihat sepatu dan tas untuk kado ulang tahun Heru, sedangkan aku, hanya terdiam tak mampu berbuat apa-apa.
“Nita bagaimana menurut mu yang ini?” ucap Bunga sambil memperlihatkan sepatu yang ia pilih.
“bagus kok yang ini, coba tanya Rifai.”
“bagus kok bagus.” Ucapku dengan diiringi senyuman palsu.
“ya udah, sebentar yah aku pergi ke kasir dulu untuk membayar ini.”
“setelah itu langsung pulang yah.” Pintaku dengan ekpresi wajah tanpa semangat.

Kami semua mengakhiri hari ini dengan hanya mengobrol-ngobrol di rumah Bunga. Dan aku, aku lebih memilih untuk pulang duluan dan meninggalkan mereka.



♥♥♥LOVE♥♥♥
Tak terasa, waktu yang kami lalui menjadi sahabat sangat lama. Bunga telah memberikan kado indahnya kepada Heru tepat sepulang sekolah di rumah Bunga, aku dan Nita ada di sana. Aku menyaksikan bagaimana (ber)pelukan hangat dari Bunga dan Heru terjalin. Bunga dan Heru dengan perasaan bahagia. Sementara aku dengan perasaan seperti tercambuk dengan ribuan duri. Merayakan ulang tahun Heru dengan meriah, Heru dengan kedatangan beberapa temannya menjadi deretan  kejutan dari Bunga, kado dari Bunga untuk Heru sedang di berikan, dengan dihiasi ciuman dikening. Ah aku tak sanggup melihat ini, aku lebih memilih memisah kan diri pergi ke depan rumah menatap kolam ikan.

“Rifai yang sabar yah, mungkin ini memang sudah jalannya.” Nita menghampiriku dengan memberikan penyemangat untukku.
Nita memang sudah tahu aku menyukai Bunga, karena aku sudah menceritakan semua tentang Bunga kepada Nita. Tentang perasaan aku kepada Bunga. Aku juga terkadang curhat kepada Nita.
“Aku tahu dan aku mengerti apa yang kamu rasakan.”
“bagaimana kamu bisa mengerti, apa kamu bisa merasakan perasaan seorang lelaki?” ucapku membantah perkataan Nita dengan halus.
“aku tahu, karena aku juga merasakan hal yang sama.”
“maksudmu?” tanyaku sambil menatap Nita dengan bingung.
“kamu mencintai Bunga, sedangkan Bunga mencintai Heru. Begitu juga aku, aku mencintaimu sedangkan kamu mencintai orang lain yaitu Bunga. Kita sama-sama bertepuk sebelah tangan, namun masih tetap bertahan. Benarkan?”
 “Ternyata Nita selama ini, mencintaiku. Sejak kapan?” ujarku dalam hati.
“aku sendiri tidak tahu kapan perasaan ini mulai berubah.” Lanjut Nita.
“tapi perasaan-ku ini masih kepada Bunga, aku masih mencintai Bunga. Engga mungkin secepat itu aku berpindah kelain hati. Jawabku dengan hati-hati.
“iya aku tahu, aku ngerti kok, sebuah perasaan itu engga bisa di paksain. Tapi setidaknya kita masih bisa berteman kan, kita masih bisa bersahabat.” Balas Nita dengan sambil tersenyum.
“iya, kita masih bisa berteman kok.” Ucapku sambil membalas senyuman Nita.

Hal yang tak terduga muncul, sejak tadi Bunga sudah berada di belakang kami. Bunga mendengarkan semua percakapan aku dan Nita.

“apa? Kamu.. kamu..” ucap Bunga dengan perasaan dan raut wajah yang menunjukan kekagetan atas apa yang kami bicarakan.
“tunggu Bunga..” aku berusaha menghadang langkah Bunga, namun Bunga dengan cepat kembali masuk ke dalam Rumah.
“sudahlah Rifai, mungkin dia belum siap menghadapi semua ini. Dia butuh waktu.” Ucap Nita yang berusaha menguatkan aku.

Kini Bunga sudah mengetahui apa dan bagaimana perasaanku ini. Namun dia tak menerimaku. Aku menunggunya hingga acara pesta ulang tahun selesai, namun Bunga sepertinya tak mau menemuiku.
Acara pesta ulang tahun pun selesai. Aku mengirimkan sebuah pesan singkat keponsel Bunga.
“Bunga, aku ingin menjelaskan semuanya. Bisa minta tolong kamu datang kesini, di toko di depan rumah kamu.” Itulah pesan yang aku kirim kepada Bunga.
10 menit Bunga tak kunjung datang.
“apa kamu yakin mau menunggu terus di sini?”
“iya, akan aku tunggu dia di sini. Aku yakin Bunga pasti datang.”
1 jam berlalu, Bunga tak kunjung datang. Sepertinya Bunga tak mau menemuiku. Lagi pulang aku juga merasa kasian kepada Nita yang terus menemaniku disini.

Bunga sekarang berbeda, dia tak seperti biasanya.
“Hey Bunga, di sini, duduk disini. Kursi ini kosong.” Nita berusaha mengajak Bunga untuk duduk di kursi warung kosong bersama aku dan Nita, karena semua tempat hampir penuh dengan siswa dan siswi-nya.
“iya makasih, aku duduk di sini aja.” Balas Bunga sambil menunjuk kursi dimana ia berada dan gabung dengan siswi yang lain.
Aku hanya tertunduk tak bersemangat melihat Bunga seperti itu.
“yang sabar ya Rifai, Bunga Cuma butuh waktu.”
Nita selalu memberikanku semangat, dia selalu mensupport-ku tanpa lelah.


Setelah Kejadian itu, kejadian di mana Bunga mengetahui perasaanku yang sebenarnya, kini Bunga telah sangat berbeda. Kini dia menjauhiku. Menjauh dari kehidupanku. Namun kau tetap ada di dalam hati ku Bunga. Kaulah Bunga Hatiku Untuk Selamanya.



Ini adalah kisah yang 50% kisah nyata dan 50% kisah imajinasi ku sendiri :D mohon maaf bila ada kelasahan penulisan atau menyinggung pihak lain, itu merupakan ketidaksengajaan.
terima kasih atas waktunya untuk membaca, sertakan komentar anda untuk kemajuan ku membuat sebuah tulisan :)
Terima Kasih.

0 komentar :

Posting Komentar